ADS

Pemeriksaan Kebuntingan

Setelah binatang di IB maupun kawin alami perlu investigasi kebuntingannya sedini mungkin. Hal ini sangat diharapkan untuk mencapai tujuan reproduktivitas satu anak satu tahun. Berarti juga perlu diperhatikan “day open” yaitu sapi harus kawin paling lambat 3 bulan setelah partus, tetapi periode waktu ini akan sangat riskan lantaran jarang sekali terjadi kebuntingan dalam 1 kali perkawinan. Dengan demikian sapi sudah mulai dikawinkan oleh inseminator pada siklus normal ke 2 yaitu sekitar 56-60 hari postpartum tetapi bila belum juga bunting dan siklus birahi normal maka IB ke 3 kalinya, satu anak dalam satu tahun masih sanggup dicapai. Pada sapi involusi uteri komplit gres terjadi 56-60 hari postpartum, tetapi akan diperpanjang bila ada penyebab lain. Kalau kawin dan terjadi pembuahan sebelum 60 hari maka banyak yang tidak bisa implantasi.

Tujuan lain dalam melaksanakan diagnosa kebuntingan sedini mungkin yaitu untuk menghindari anestrus berkepanjangan yang diakibatkan oleh gangguan fungsi atau penyakit di dalam ovarium dan uterus menyerupai : hypofungsi, cystic ovariumyaitu kista CL, luteal cystdan kista folikel ataupun pyometra, dimana semuanya sanggup menutupi tanda-tanda kebuntingan.

Kalau gangguan fungsi atau penyakit di atas sanggup dikendalikan sedini mungkin, maka reproduktifitas tetap diharapkan seoptimal mungkin. Pada sapi perah FH umumnya rectum lebih tebal dan berlemak antara rectum dengan uterus sehingga relative lebih sukar untuk meraba uterus dan organ foetus yang ada dalam uterus, lebih-lebih pada sapi Frisian yang pluriparous. Tanda yang sering digunakan selama menyidik kebuntingan pada sapi dengan palpasi rektal yaitu beberapa ukuran dan posisi uterus sanggup digunakan juga membantu memilih umur kebuntingannya antara lain :

Kebuntingan 3,5-4 bulan

Setelah binatang di IB maupun kawin alami perlu investigasi kebuntingannya sedini mungkin Pemeriksaan Kebuntingan
Gambar 9. Pemeriksaan sapi bunting

Kedudukan uterus yang bunting belum mencapai dasar rongga abdominal sehingga masih bisa dirangkul dengan 1 telapak tangan dengan masing-masing jari tangan terbuka ditambahpula masih terdapat kelebihan uterus bunting yang tidak terangkul oleh telapak tangan. Plasentum sebesar 1 ruas jari telunjuk sanggup diraba dan fetus yang semakin aktif bergerak menyentuh-nyentuh telapak tangan kita betul-betul sanggup dirasakan fremitus arteri uterine media untuk pertama kalinya sanggup dirasakan hingga selesai kebuntingan.

Kebuntingan 5 bulan
Fetus tidak bisa diraba keseluruhan tubuhnya, hanya penggalan anteriornya saja kalau situs longitudinal anterior dan penggalan posteriornya saja bila situsnya longitudinal posterior. Kedudukan fetus didasar abdomen sebelah kanan, tapi belum mencapai kedudukan paling jauh dari aboral. Placentum teraba sebesar buah kemiri, fremitus arteri uterine terasa semakin deras.

Kebuntingan 6 bulan
Fetus paling sering tidak sanggup diraba lantaran kedudukannya paling jauh ke oral didasar abdominal sebelah kanan. Placentom (karunkula dan kotiledon) terasa semakin besar (1 buah pala) setiap placentom yang berjumlah 80-100 buah. Demikian pula fremitus (arterial thrill) akan terasa semakin keras. Walaupun hanya 2 tanda-tanda klinis yang sanggup diraba tanpa sanggup meraba foetus, ini sudah suatu membuktikan bahwa kebuntingan berumur 6 bulan, lantaran “false positif” sangat jarang tejadi pada sapi.

Kebuntingan 7-9 bulan
Pada umur 7 bulan hingga 9 bulan tidak banyak tanda-tanda kebuntingan yang bisa digunakan untuk memisahkan diagnosa umur kebuntingan 7 bulan, 8 bulan, dan 9 bulan kecuali tanda-tanda letak foetus pada 7 bulan, sudah kembali ke penggalan anterior atau posterior sanggup diraba. Proporsi penggalan foetus ini akan bertambah banyak sanggup diraba bila kebuntungan sudah mencapai 8 bulan, dimana kaki dan kepala fetus sudah mengarah ke pelvic brim, dan umur 9 bulan kaki depan (posisi anterior) sudah berada di rongga pelvis, disamping itu dagu sudah mendarat diatasnya os pubis yang paling anterior. Fremitus dan placentom sanggup diraba masing-masing makin besar lengan berkuasa dan makin besar. Selain itu pada periode umur kebuntingan 8-9 bulan, vulva sangat membengkak diikuti oleh keluarnya lendir transparan dari vulva, dan pada waktu dalam keadaan berbaring labia mayor vulva akan terbuka.

Dari cara di atas bisa dikatakan sangat sederhana sekali namun membutuhkan jam terbang yang lebih. Cara lain untuk mendiagnosa kebuntingan pada sapi bisa dengan Ultrasonografi (USG), X-ray (pada trimester ketiga), Magnetic Resonance Imaging (MRI), maupun uji endokrinologi.

Palpasi Rektal
Dalam perjuangan pembangunan Peternakan Kesehatan dan reproduksi ternak menjadi faktor penting dalam mendorong populasi dan pertumbuhan/perkembangan ternak. Karena dari reproduksi maka akan tumbuh genari baru/individu ternak baru.
Kecepatan pertumbuhan ini sangat di tentukan:
   1)  Kondisi ternak yang sanggup di nilai dari Body Condition Scorer(BCS).
   2)  Kondisi kesehatan dan normalitas organ reproduksi.
   3)  Keberhasilan fertilisasi baik kawin secara alami maubun melalui teknik  Inseminasi Buatan (IB).

Pemeliharaan selama kebuntingan
Selanjutnya untuk mengetahui kondisi status kesehatan organ reproduksi ternak khususnya sapi, maka perlu mempelajari teknik palapasi rektal, dengan tata cara pelaksanaan sebagai berikut :
   1)  Pemeriksa memekai pelindung sepatu boot, pakaian praktek lapangan berlengan pendek.
   2)  Memakai sarung tangan plastic.
   3)  Kuku pemeriksa harus dipotong tumpul, rata, licin dan dilarang menggunakan cincin.
   4)  Melakukan investigasi dengan ajudan atau kiri sesuai kebiasaan.
   5)  Waspada terhadap sepakan (tendangan) kaki sapi yang biasanya. terjadi menjelang atau waktu tangan dimasukkan ke dalam rectum.
   6)  Sarung tangan plastik harus dilicinkan dengan sabun.
   7)  Tangan dimasukkan kedalam rectum dalam bentuk mengerucut dan diteruskan hingga melampaui organ reproduksi. Apabila feses banyak maka perlu dikeluarkan terlebih dahulu.

Rasakan setiap perubahan-perubahan pada organ reproduksi.  Seorang petugas inseminar sebelum melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) sebaiknya melaksanakan palpasi rectal untuk mengetahui lebih jauh wacana status estrus dan kondisi pada uterus. Karena kalau ternayata di dalam uterus telah terdapat fetus maka kalau di IB akan menjadikan abortus.

Lebih lanjut teknik palpasi rectal sabagai dasar Teknik Pemeriksaaan Kebuntingan (PKB), Melalui teknik PKB maka sanggup mendeteksi lebih dini terhadap status kebuntingan, sekaligus mengetahui kondisi reproduksi sapi. Pemeriksaan Kebuntingan melalui palpasi rectal, merupakan cara investigasi yang sederhana, namun membutuhkan ketrampilan dan latihan yang intensif sehingga petugas PKB bisa mendiagnosa kebuntingan, sekaligus memilih umur kebuntingan, mengetahui posisi fetus dan memprediksikan kelahiran. Dengan demikian maka sanggup di prediksikan kondisi kebuntingan sapi, sekaligus sanggup mencegah kondisi gangguan reproduksi maupun gangguan kelahiran pada sapi dikala melahirkan.

Suatu investigasi kebuntingan secara sempurna dan dini sangat penting bagi kegiatan penilaian keberhasilan inseminasi buatan (IB). Keterampilan untuk
menentukan kebuntingan secara dini sangat perlu dimiliki oleh setiap petugas pemeriksa kebuntingan. Selain ketrampilan memilih kebuntingan perlu juga menetukan umur kebuntingan dan ramalan waktu kelahiran dengan ketepatan beberapa hari hingga satu dua ahad tergantung pada tingkat kebuntingan.

Kebuntingan pada sapi sanggup didiagnosa melalui palpasi rectal dan penentuan kadar progesterone dalam serum darah. Darah sanggup diambil pada hari 21 hingga 24 setelah IB untuk diperiksa di laboratorium dengan metode radioimmunoassay (RIA) atau metode ELISA.

Subscribe to receive free email updates:

ADS