ADS

Asal Mula Teather

Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya daerah atau gedung pertunjukan yang terbentuk dari kata “theaomai” yang berarti melihat. Dengan demikian pada awal mulanya  teater diartikan sebagai gedung daerah menyaksikan pertunjukan (seeing place). Dalam perkembangannya, secara lebih luas teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam rumusan yang sederhana teater ialah pertunjukan,  contohnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat  dikatakan    sebagai manifestasi    dari aktivitas    naluriah,    ibarat misalnya,    belum dewasa bermain  sebagai  dokter dan  pasien, ayah   dan  ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya.

 yang artinya daerah atau gedung pertunjukan yang terbentuk dari kata  Asal Mula Teather
 Interior gedung pertunjukan teater

Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berafiliasi dengan problem ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya mempunyai unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis.Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan ekspansi definisi teater itu sanggup terjadi.  Namun  batasan wacana teater sanggup dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil insan maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan pribadi yang dihadiri penonton, serta laris di dalamnya merupakan realitas fiktif” (Harymawan dalam Santosa, 2008: 1). Dengan  demikian teater ialah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai”  yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame”  yang berasal dari  kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka wacana kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu problem yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada semenjak periode Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum periode Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian dekat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Soemanto dalam Santosa, 2008: 1).

Dari klarifikasi di atas sanggup disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan pribadi dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah kisah yang akan dipentaskan. Jadi, teater ialah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” ialah lakon dan “teater” ialah pertunjukan,maka “drama” merupakan bab atau salah satu unsur dari “teater”. Jika digambarkan,maka peta kedudukan teater dan drama ialah sebagai berikut.








 yang artinya daerah atau gedung pertunjukan yang terbentuk dari kata  Asal Mula Teather
Peta kedudukan teater dan drama

Waktu dan daerah pertunjukan teater yang pertama kali dimulai tidak diketahui. Adapun yang sanggup diketahui hanyalah teori wacana asal mulanya. Di antaranya teori wacana asal mula teater ialah sebagai berikut:
  1. Berasal dari upacara agama primitif. Unsur kisah ditambahkanpada upacara semacam itu yang balasannya berubah menjadi pertunjukan teater. Meskipun upacara agama telah usang ditinggalkan, tapi teater ini hidup terus sampai sekarang. 
  2. Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang jagoan di kuburannya.  Dalam program ini seseorang mengisahkan riwayat hidup sang jagoan yang usang kelamaan diperagakan dalam bentuk teater. 
  3. Berasal dari kegemaran insan mendengarkan cerita.  Cerita itu kemudian juga dibentuk dalam bentuk teater (kisah perburuan, kepahlawanan, perang, dan lain sebagainya).
 yang artinya daerah atau gedung pertunjukan yang terbentuk dari kata  Asal Mula Teather
Relief Mesir Kuno

WS Rendra dalam Seni Drama Untuk Remaja (1993: 86), menyebutkan bahwa naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang pendeta Mesir,  I Kher-nefert, di zaman peradaban Mesir Kuno kira-kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi. Pada zaman itu peradaban Mesir Kuno sudah maju. Mereka sudah sanggup menciptakan piramida, mengerti irigasi, menciptakan kalender, mengenal ilmu bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis.

I Kher-nefertmenulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teater ritual di kota Abydos, sehingga populer sebagai Naskah Abydos yang menceritakan pertarungan antara ilahi jelek dan ilahi baik. Jalan kisah naskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam relief kuburan yang lebih tua. Para andal sanggup memperkirakan bahwa jalan kisah itu sudah ada dan dimainkan orang semenjak tahun 5000 SM. Meskipun gres muncul sebagai naskah tertulis di tahun 2000 SM. Dari hasil penelitian yang dilakukan,  diketahui juga bahwa pertunjukan teater  Abydos  terdapat unsur-unsur teater yang mencakup pemain, jalan cerita, naskah dialog, topeng, tata busana, musik, nyanyian, tarian, selain itu juga properti pemain ibarat tombak, kapak, tameng, dan sejenisnya.

 yang artinya daerah atau gedung pertunjukan yang terbentuk dari kata  Asal Mula Teather
Naskah Mesir Kuno

Subscribe to receive free email updates:

ADS